HASIL PENELITIAN
PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA
PEMBELAJARAN KELISTRIKAN OTOMOTIF JURUSAN MEKANIK OTOMOTIF
SMK NEGERI 5 MAKASSAR
ARHAM AMIRUDDIN
032
214 014
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2008
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendidikan adalah usaha untuk membebaskan manusia dari belenggu
kebodohan (penjajahan nalar) dan kebejatan (penjajahan moral). Menurut Madjid
(dalam Sidi, 2001: xii) “sekolah berfungsi sebagai lembaga pendidikan sekaligus
lembaga pengajaran“. Pendidikan berorientasi moral-spiritualitas, dan sekaligus
kognisi (kecerdasan). Sekolah seharusnya mengembangkan fungsi pendidikan secara
dominan. Freire (2002: 123) menyebut semacam ini sebagai penyadaran. Pendidikan
dapat mengubah pandangan hidup, budaya, dan perilaku manusia. Pendidikan juga
berfungsi mengantar manusia menguak berbagai tabir kehidupan sekaligus menempatkan dirinya sebagai pelaku dalam
setiap perubahan. Pendidikan menurut
Meier (2002: 41) “bertujuan mempersiapkan manusia untuk menghadapi berbagai
perubahan yang membutuhkan kekuatan pikiran, kesadaran dan kreatifitas“.
Berbagai
upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk menghasilkan lulusan yang memiliki
keunggulan kompetitif dan komperatif sesuai dengan standar nasional. Hal ini
ditandai dengan dikembangkannya kurikulum berbasis kompetensi (kurikulum 2004)
yang didasarkan pada PP nomor 25 tahun 2000 tentang pembagian kewenangan pusat
dan daerah. Dan kemudian diubah lagi menjadi kurikulum tingkat satuan pembelajaran,
ini demi memperoleh sistem kurikulum pembelajaran yang tepat.
|
Demikian halnya di SMK Negeri
5 Makassar ini, khususnya pada jurusan
Otomotif, usaha-usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan yang tercermin pada prestasi
belajar siswa dengan hasil belajar yang ditunjukkan oleh kemampuan dalam
menguasai kompetensi suatu Mata Diklat (Pendidikan dan Latihan) khususnya pada Mata
Diklat praktek masih menghadapi permasalahan dimana masih adanya beberapa siswa
yang harus mengulang atau tidak kompeten dalam suatu Mata Diklat yang telah
dipelajarinya.
Media
Audio Visual ini dirancang dalam bentuk animasi yang berisikan gambar bergerak
serta suara. Materi pembelajaran yang akan disampaikan adalah materi yang disesuaikan
dengan kurikulum yang berlaku di SMK Negeri 5 Makssar. Jenis media yang akan
digunakan adalah media Audio Visual gerak yang berupa Video, CD, film rangkai dan suara, LCD, televisi, komputer, serta gambar animasi.
Pada Mata Diklat Kelistrikan
otomotif di SMK Negeri 5 telah tersedia berbagai macam media pembelajaran untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran dan
kesemuanya itu telah diterapkan terhadap siswa untuk memperoleh hasil belajar yang
maksimal. Akan tetapi hasil belajar yang lebih maksimal masih perlu peningkatan
guna mencapai hasil belajar yang berkualitas, dengan tingkat kelulusan bisa
mencapai 100%, maka dipilihlah media audio visual sebagai media pembelajaran
untuk lebih memacu prestasi belajar siswa di SMK Negeri 5. Media audio visual
memang sudah lama menjadi salah satu media pembelajaran di SMK Negeri 5 dan
hasilnya kurang memuaskan dalam hal merangsang motivasi belajar siswa, karena
bentuk, isi, serta pesan yang disampaikan masih banyak siswa yang kurang
memahami karena bahasa yang dihadirkan menggunakan bahasa Inggris, maka dari itu penulis berkeinginan untuk
menghadirkan media pembelajaran audio visual yang mudah dipahami dan diterima
oleh siswa sesuai dengan kurikulum pembelajaran yang berlaku di sekolah itu.
Data yang diperoleh dari guru
penanggung jawab mata Diklat kelistrikan bahwa pada semester genap tahun 2007,
jumlah siswa kelas 2 sebanyak 96 orang yang mengikuti mata Diklat kelistrikan
terdapat 75 siswa (76%) yang dinyatakan lulus dan 21 siswa (24%) yang tidak kompeten
atau dinyatakan tidak lulus. Dengan perhitungan individual setiap siswa
rata-rata memperoleh nilai C untuk mata Diklat kelistrikan otomotif dan 30 siswa yang memperoleh nilai maksimal A dan
B. Dengan kategori perhitungan untuk nilai A adalah 10, nilai B adalah 9 dan 8,
nilai C adalah 7 dan 6.
Kenyataan
ini menggambarkan bahwa prestasi belajar siswa kelas 2 masih belum maksimal
karena rata-rata perolehan nilai setiap siswa didominasi dengan nilai C. Oleh
karena itu, berdasarkan masalah
di atas, maka peneliti memilih penelitian mengenai tentang penggunaan media
audio visual dalam pembelajaran kelistrikan otomotif pada siswa kelas 2 di SMK
Negeri 5 Makassar. Adapun alasan penulis mengadakan penelitian
di lokasi tersebut karena SMK Negeri 5 merupakan sekolah andalan khususnya di wilayah
Sulawesi Selatan yang akan bertaraf Internasional, sehingga dengan adanya studi
tentang penggunan media pembelajaran Audio visual ini diharapkan lebih
meningkatkan prestasi belajar yang dapat mempertinggi kualitas hasil belajar
terkhusus pada mata pelajaran kelistrikan otomotif.
B. Rumusan masalah
Sesuai dengan uraian latar
belakang di atas, maka permasalahan dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Seberapa besar prestasi siswa dalam belajar kelistrikan otomotif dengan menggunakan
media ?
2. Apakah ada perbedaan prestasi antara
siswa yang menggunakan media dengan yang
tidak menggunakan media ?
C. Tujuan penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Adanya peningkatan prestasi siswa dalam belajar
kelistrikan otomotif dengan menggunakn media.
2. Ada perbedaan prestasi antara siswa yang
menggunakan media dengan yang tidak menggunakan media.
D. Manfaat hasil penelitian
Suatu
penelitian diharapkan dapat membawa manfaat yang besar bagi semua pihak. Adapun
manfaat yang diharapkan dapat diperoleh antara lain:
a. Bagi Guru-Guru
Sebagai salah satu sumber
informasi, yang dapat memperkaya tingkat pemahaman mengenai pentingnya
menerapkan metode mengajar yang tepat dan efektif dalam setiap proses belajar mengajar
di SMK.
b. Bagi Peneliti
Sebagai rujukan dan informasi untuk penelitian
selanjutnya terutama bagi Mahasiswa yang berminat meneliti lebih lanjut
mengenai topik yang relevan dengan penelitian ini.
c. Bagi Siswa
Sebagai bahan pelajaran baru
bagi siswa untuk meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa dalam kegiatan
belajar kelistrikan otomotif, serta mampu mengembangkan keterampilan yang
dimiliki siswa
d. Bagi Sekolah
Sebagai referensi serta bahan
masukan bagi sekolah demi peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah ke
depan, khususnya dalam penyajian media pembelajaran.
|
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
1.
Media dalam Pembelajaran
Proses pengajaran merupakan suatu kegiatan
melaksanakan kurikulum agar para siswa dapat mencapai tujuan pendidikan yang
telah ditetapkan yakni mengantarkan para siswa mengalami perubahan-perubahan
tingkah laku yang dapat hidup mandiri sebagai makhluk individu dan makhluk
sosial. Sehingga untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, para siswa
berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur oleh guru.
Lingkungan belajar yang diatur oleh guru mencakup
tujuan pengajaran, bahan pengajaran, metodologi pengajaran dan penilaian
pengajaran. Unsur-unsur tersebut biasa dikenal dengan komponen pengajaran.
Tujuan pengajaran adalah rumusan kemampuan yang diharapkan dimiliki para siswa
setelah menempuh berbagai pengalaman belajarnya.
|
Media pembelajaran menurut Arief S. Sadiman, 1984
(dalam Ridwan, 2003) mengemukakan bahwa kata media berasal dari bahasa latin
yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara
atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Ada berbagai macam
definisi pembelajaran yang menurut beberapa orang berbeda-beda, namun pada
hakikatnya terdapat kesamaan arti yaitu merupakan sarana atau alat perantara
terjadinya proses pembelajaran. Dengan kata lain, media pembelajaran adalah
segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan, dan dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan belajar siswa sehingga dapat mendorong
terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan, dan terkendali.
Pendidikan yang berlangsung di SMK (Sekolah
Menengah Kejuruan) dilaksanakan melalui program pengajaran dalam berbagai studi
dan pembinaannya melalui lembaga kegiatan pembelajaran. Hal ini dimaksudkan
untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan, menurut tuntutan kurikulum.
Setiap bidang studi mempunyai tujuan dan penekanan yang harus dicapai atau yang
dikuasai oleh siswa sehingga dengan demikian tercipta pendidikan yang bermutu
tinggi dan berkualitas.
Dalam metodologi ada dua aspek yang paling menonjol,
yaitu metode mengajar dan media pengajaran sebagai alat bantu mengajar.
Sedangkan penilaian adalah alat untuk mengukur atau menentukan taraf tercapai
tidaknya suatu tujuan pengajaran.
Pola pembelajaran yang memanfaatkan media
pembelajaran sebagai sumber-sumber disamping guru dapat digambarkan sebagai
berikut :
![](file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CRESERV%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_image002.gif)
Gambar 1. Pola pembelajaran dibantu media
Dalam praktek
pembelajaran sebenarnya tidak ada pola yang kaku antar komponen pembelajaran.
Pola kombinasi yang lengkap dapat digambarkan sebagai berikut :
![](file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CRESERV%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_image004.jpg)
Gambar 2. Pola kombinasi dalam pembelajaran (Muliati,
2000:162)
2.
Media audio visual dalam Pembelajaran Otomotif
Sebaliknya
suatu program media tunggal seringkali dapat mencakup beberapa fungsi sekaligus
secara simultan. Fungsi-fungsi tersebut antara lain:
a. Memberikan pcngetahuan tentang tujuan belajar.
Pada permulaan pembelajaran,
siswa perlu diberi tahu tentang pengetahuan yang akan diperolehnya atau keterampilan yang akan dipelajarinya. Kepada siswa harus
dipertunjukkan apa yang diharapkan darinya, apa yang harus dapat ia lakukan
untuk menunjukkan bahwa ia telah menguasai bahan pelajaran dan tingkat
kesulitan yang diharapkan. Untuk pembelajaran dalam perilaku psikomotorik atau
kognitif, media visual khusus menampilkan gerak yang dapat mempertunjukkan
kinerja (performance) yang harus
dipelajari siswa. Dengan demikian dapat menjadi model perilaku yang diharapkan
dapat dipertunjukkannya pada akhir pembelajaran.
b. Memotivasi siswa.
Salah satu peran yang umum
dari media komunikasi adalah memotivasi siswa. Usaha untuk memotivasi siswa
seringkali dilakukan dengan menggambarkan sejelas mangkin keadaan di masa
depan, dimana siswa perlu menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Jika
siswa menjadi yakin tentang relevansi pembelajaran dengan kebutuhannya di masa
depan, ia akan termotivasi mengikuti pembelajaran.
c. Menyajikan informasi.
Dalam sistem pembelajaran yang
besar yang terdiri dari beberapa kelompok tantangan, kurikulum yang sama, media
seperti film dan televisi dapat digunakan untuk menyajikan informasi. Ada tiga
jenis variasi penyajian informasi: (1) penyajian dasar (basic), membawa siswa kepada pengenalan pertama terhadap materi
pembelajaran, kemudian dilanjutkan dengan diskusi, kegiatan siswa atau review
oleh guru kelas; (2) penyajian pelengkap (supplementary),
setelah penyajian dasar dilakukan oleh guru kelas, media digunakan untuk
membawa sumber-sumber tambahan ke dalam kelas, melakukan apa yang tidak dapat
dilakukan di kelas dengan cara apapun. (3) penyajian pengayaan (enrichment), merupakan informasi yang
tidak merupakan bagian dari tujuan pembelajaran, didiadakan karena memiliki
nilai motivasi dan dapat mencapai perubahan sikap dalam diri siswa.
d. Merangsang diskusi.
Kegunaan media untuk
merangsang diskusi seringkali disebut sebagai papan loncat, diambil dari bentuk
penyajian yang relatif singkat kepada sekelompok siswa dan dilanjutkan dengan
diskusi. Format media biasanya menyajikan masalah atau pertanyaan, seringkali
melalui simulasi atau contoh pengalaman manusia yang spesifik. Penyajian
dibiarkan terbuka (open-end), tidak
ada penarikan kesimpulan atau saran pemecahan masalah. Kesimpulan atau jawaban
diharapkan muncul dari siswa sendiri dalam interaksinya dengan pemimpin atau
dengan sesamanya. Penyajian media diharapkan dapat merangsang pemikiran,
membuka masalah, menyajikan latar belakang informasi dan memberikan fokus
diskusi.
e. Mengarahkan kegiatan siswa.
Pengarahan kegiatan merupakan
penerapan dari metode pembelajaran yang disebut metode kinerja (performance) atau metode penerapan (application). Penekanan dari metode ini
adalah pada kegiatan melakukan (doing).
Media dapat digunakan secara singkat atau sebentar-sebentar untuk mengajak
siswa mulai dan berhenti. Dengan kata lain program media digunakan untuk
mengarahkan siswa dilakukan kegiatan langkah demi langkah (step-by-step). Pcnyajian bervariasi, mulai dari pembelajaran
sederhana untuk kegiatan siswa, seperti tugas latihan sampai pengarahan langkah
demi langkah untuk percobaan laboratorium yang kompleks. Permainan merupakan
metode pembelajaran yang sangat disukai khususnya bagi siswa sekolah menengah,
memiliki nilai motivasional yang tinggi, melibatkan siswa lebih baik daripada
metode pembelajaran yang lain.
f. Pelaksanakan latihan dan ulangan.
Dalam belajar keterampilan,
apakah itu bersifat kognitif atau psikomotor pengulangan respon-respon dianggap
sangat penting untuk kemajuan kecepatan dan tingkat kemahiran. Istilah (drill) digunakan untuk jenis respon yang
lebih sederhana seperti menterjemahkan kata-kata asing atau mengucapkan
kata-kata asing. (practice) biasanya
berhubungan dengan kegiatan yang lebih kompleks yang membutuhkan koordinasi
dari beberapa ketrampilan dan biasanya merupakan penerapan pengetahuan,
misalnya latihan simulasi, memecahkan berbagai bentuk masalah. Penyajian
latihan adalah proses mekanis murni dan dapat dilakukan dengan sabar dan tak
kenal lelah oleh media komunikasi, khususnya oleh media yang dikelola komputer.
g. Menguatkan belajar.
Penguatan seringkali disamakan
dengan motivasi, atau digolongkan dalam motivasi. Penguatan adalah kepuasan
yang dihasilkan dari belajar, dimana cenderung meningkatkan kemungkinan siswa
merespon dengan tingkah laku yang diharapkan, setelah diberikan stimulus.
Penguatan paling efektif diberikan beberapa saat setelah respon diberikan.
Karena itu harus terintegrasi dengan fungsi media yang membangkitkan respon
siswa. Jenis penguatan yang umum digunakan adalah pengetahuan tentang hasil (knowledge of results). Suatu program
media menyajikan pertanyaan kepada siswa, kemudian siswa menyusun jawabannya
atau memilih dari beberapa kemungkinan jawaban. Setelah siswa menentukan
jawabannya, ia sangat termotivasi untuk segera mengetahui jawaban yang benar.
Jika siswa mengetahui bahwa jawabannya benar, maka ia dikuatkan. Bahkan jika
siswa tahu jawabannya salah, namun jika ditunjukkan seberapa dekat jawabannya
mendekati kebenaran, maka hal tersebut juga merupakan penguatan. Media apapun
yang dapat digunakan untuk menyajikan informasi juga mampu menyajikan
pertanyaan dan merangsang siswa untuk menjawab. Media apapun yang mampu
melakukan fungsi ini, ia juga dirancang untuk memberikan jawaban benar terhadap
pertanyaan kognitif, segera setelah siswa diberi kesempatan menjawab, sehingga
dimungkinkan untuk membandingkan dan memperoleh pengetahuan tentang hasil
sesegera mungkin.
h. Memberikan pengalaman simulasi.
Simulator adalah alat untuk
menciptakan lingkungan buatan yang secara realistis dapat merangsang siswa dan
bereaksi terhadap responnya sendiri, sehingga dapat melatih perilaku kompleks
yang membutuhkan lingkungan khusus. Contoh yang sering ditemui adalah simulator
mobil yang digunakan untuk latihan mengendarai mobil dan simulator rangkaian
kelistrikan yang akan diurai oleh para siswa. Instruktur biasanya menjadi
bagian dari sistem, memberikan penilaian segera dan menyelipkan kerusakan pada
sistem untuk memberikan siswa latihan mengatasi masalah. Media komunikasi
seringkali memegang peranan penting dalam simulasi, mulai dari mengolah
respon/informasi yang diberikan siswa, sampai kepada memberikan informasi
tentang pencapaian siswa dalam sistem simulasi.
Proses visualisasi merupakan
salah satu kegiatan dari pengembangan media audio-visual. Salah satu
karakteristinya adalah: visual lebih dipentingkan dari audionya. Dengan kata
lain, pada pengembangan program audio-visual, hal-hal yang berupa visualisasi
dari gagasan atau ide diharapkan dapat lebih memegang peran di dalam
penyampaian pesannya. (www.Duniaguru.com)
Media cukup banyak macamnya,
Raharjo, 1991 (dalam Arsyad, 2002) menyatakan bahwa ada media yang hanya dapat
dimanfaatkan bila ada alat untuk menampilkanya. Ada pula yang penggunaannya
tergantung pada hadirnya seorang guru, tutor atau pembimbing (teacher independent). Media yang tidak
harus tergantung pada hadirnya guru lazim tersebut media instruksional dan
bersifat “self Contained”, maknanya:
informasi belajar, contoh, tugas dan latihan serta umpanbalik yang diperlakukan
telah diprogramkan secara terintegrasi.
Dari berbagai ragam dan bentuk
dari media pengajaran, pengelompokan atas media dapat ditinjau dari jenisnya,
yaitu dibedakan menjadi media audio, media visual, media audio-visual, dan
media serbaneka.
1. Media Audio : radio, piringan hitam, pita
audio, tape recorder, dan telepon .
2. Media Visual :
a. Media visual diam : foto, buku, ansiklopedia, majalah, surat kabar, buku
referensi dan barang hasil cetakan lain, gambar, ilustrasi, kliping, film
bingkai/slide, film rangkai (film stip) , transparansi, mikrofis, overhead
proyektor, grafik, bagan, diagram, sketsa, poster, gambar kartun, peta, dan globe.
b. Media visual gerak : film bisu .
3. Media Audio-visual
a. Media audiovisual diam :
televisi diam, slide dan suara, film rangkai dan suara ,
buku
dan suara.
b. Media audiovisual gerak :
video, CD, film rangkai dan suara, LCD, televisi,
komputer, gambar animasi dan suara.
4. Media Serba aneka :
a. Papan dan
display : papan tulis, papan pamer/pengumuman/majalah dinding,
papan
magnetic, white board, mesin pangganda.
b. Media tiga dimensi :
realia, sampel, artifact, model, diorama, display.
c. Media teknik dramatisasi :
drama, pantomim, bermain peran, demonstrasi,
pawai/karnaval, pedalangan/panggung boneka,
simulasi.
d. Sumber belajar pada
masyarakat : kerja lapangan, studi wisata, perkemahan.
e. Belajar terprogram
e. Belajar terprogram
f. Komputer
Penggunaan media untuk tujuan
pembelajaran diawali dengan menggunakan alat bantu visual dalam menyajikan
pengalaman konkrit melalui visualisasi. Saat ini, media pembelajaran dengan
menggunakan media audio visual mulai
dikenal secara luas sejak dikenalnya televisi, karena televisi mampu menyajikan
gambar bergerak hasil rekaman kegiatan makhluk hidup. Dibandingkan alat bantu
visual, media audio visual mampu membangkitkan antusiasme dan emosi siswa yang
melihatnya.
Tingkatan pengalaman
pemerolehan hasil belajar digambarkan oleh Dale, 1969 (dalam Arsyad, 2002: 7)
mengungkapkan bahwa sebagai suatu proses komunikasi, materi yang ingin
disampaikan dan diinginkan siswa sehingga dapat dikuasainya disebut sebagai
pesan. Guru sebagai sumber pesan menuangkan pesan ke dalam simbol-simbol
tertentu (enconding) dan siswa
sebagai penerima menafsirkan simbol-simbol tersebut sehingga dipahami sebagai
pesan (deconding). Cara pengolahan
pesan oleh guru dan murid dapat digambarkan sebagi berikut:
![]() |
Gambar 3. Pesan dalam komunikasi
Guru berupaya untuk
menampilkan rangsangan yang dapat diproses dengan berbagi indera. Semakin
banyak alat indera yang digunakan untuk menerima atau mengolah informasi,
semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan
dalam ingatan siswa. Levie & Levie,
1975 (dalam Arsyad, 2002: 8) yang mereviu hasil-hasil penelitian tentang
belajar melalui stimulus gambar dan stimulus kata menyimpulkan bahwa stimulus
visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti
mengingat, mengenali, mengingat kembali dan menghubung-hubungkan fakta dan
konsep. Di lain pihak, stimulus kata memberi hasil belajar yang lebih apabila
pembelajaran itu melibatkan ingatan yang berturut-turut.
Belajar dengan dengan menggunakan
indera ganda memberikan keuntungan bagi siswa. Siswa akan belajar lebih banyak
daripada jika materi pelajaran disajikan hanya dengan stimulus pandang atau
hanya dengan stimulus dengar.
Perbandingan pemerolehan hasil belajar melalui indera pandang dan indera
dengar sangat menonjol perbedaannya. Kurang lebih 90% hasil belajar seseorang
diperoleh melalui indera pandang, dan sekitar 5% diperoleh melalui indera
dengar dan 5% lagi dengan indera lainnya, Baugh dalam Achsin, 1986 (dalam
Arsyad, 2002: 9). Sementara itu, (Dale dalam Arsyad, 2002: 9) memperkirakan
bahwa pemerolehan hasil belajar melalui indera pandang berkisar 75%, melalui
indera dengar sekitar 13% dan melalui indera lainnya sekitar 12%.
Berdasarkan penelitian
mengenai kemampuan mengingat yang dilakukan oleh perusahaan Sovocom Company di
Amerika disimpulkan sebagai berikut: Verbal (tulisan)
20%, Audio saja 10%, Visual saja 20%, Audio Visual 50%. Hasil penelitian
lain menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan mudah
bila dibantu dengan sarana visual, di mana 11% dari yang dipelajari terjadi
lewat indera pendengaran, sedangkan 83% lewat indera penglihatan. Di samping
itu dikemukakan bahwa kita hanya dapat mengingat 20% dari apa yang kita dengar,
namun dapat mengingat 50% dari apa yang dilihat dan didengar.
Dilihat dari perkembangannya,
media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar guru (teaching aids). Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual,
misalnya gambar, model, objek, dan alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman
konkret, motivasi belajar serta, mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa.
Media
audio visual memiliki kemampuan untuk mengantarkan seorang siswa dalam
mengarahkan imajinasinya agar lebih memahami pesan yang coba disampaikan dalam
sebuah metode pengajaran dari mata pelajaran, serta meningkatkan persepsi,
meningkatkan pengertian, meningkatkan pengalihan belajar, meningkatkan retensi,
dan memberi penguatan untuk mengetahui hasil yang ingin dicapai. Hal ini tidak
lain disebabkan karena media audio visual selain menggunakan media teks, juga
menampilkan bentuk lain seperti gambar, suara dan film secara bersamaan (audio
visual). Kita ketahui bersama bahwa ada berbagi macam media pembelajaran yang
telah dijelaskan di atas, kesemuanya itu turut memberi pengaruh terhadap proses
belajar demi tercapainya hasil belajar yang berkualitas, akan tetapi sesuai
dengan perkembangan teknologi sehingga lambat laun pertumbuhan media
pembelajaran juga mengalami perubahan ke arah yang lebih maju. Maka hadirlah
pembelajaran media audio visual sebagai penggabungan media audio dan media
visual yang telah ada sebelumnya.
3.
Prestasi belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
a. Pengertian prestasi belajar
Prestasi belajar terdiri dari dua kata yakni prestasi dan
belajar. Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yakni “prestatie” yang berarti hasil yang menyenangkan hati atau hasil
pekerjaan dengan jalan keuletan kerja. Dalam kamus Inggris-Indonesia “prestasi” diartikan suatu “achievment” yang berarti mencapai
sukses. Prestasi merupakan kemampuan maksimum yang dicapai seseorang sebagai
akibat dari perlakuan kegiatannya. Dalam kamus bahasa Indonesia, prestasi
berarti hasil yang telah dicapai, dilakukan, dikerjakan dan sebagainya.
“Prestasi
belajar dapat diartikan sebagai tingkat kemampuan aktual yang dapat diukur
berupa penguasaan ilmu pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dicapai sebagai
hasil dari apa yang dipelajari di sekolah/kampus” Ginting, 1991 (dalam Yogi
2004). Dengan kata lain
prestasi belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku yang meliputi tiga
domain yaitu domain kognitif, domain psikomotorik dan domain afektif.
Berdasarkan pengertian di atas menunjukkan bahwa prestasi
belajar adalah hasil dari usaha belajar yang dicapai oleh peserta didik berupa
tingkat kemampuan aktual yang dapat diukur dengan menggunakan suatu konsep
pengukuran tertentu yang telah dilakukan baik secara individual maupun secara
kelompok.
Belajar merupakan bagian dari suatu kehidupan. Seseorang
dikatakan telah melakukan proses belajar bila pada orang tersebut mengalami
perubahan misalnya dari segi pengetahuan, pemahaman, sikap, keterampilan dan
kematangan serta aspek-aspek lain dan perubahan tersebut merupakan hasil dari
kegiatan seperti latihan dan pengalaman. Hal ini sejalan dengan pendapat
Sudjana (1989:5) sebagai berikut:
Belajar adalah suatu hal yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar
dapat ditunjukkan dengan berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman,
sikap kebiasaan serta aspek-aspek lain yang ada pada diri individu yang
belajar.
Sedangkan Winarno (1984:14) memberikan pengertian bahwa
“belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi pada diri manusia.
Pengertian prestasi
belajar memiliki penafsiran yang bervariasi. Beberapa batasan mengenai prestasi
belajar antara lain dikemukakan oleh Abdullah (1989:7) sebagai berikut :
“Prestasi belajar sebagai indikator kualitas pengetahuan
yang dikuasai oleh anak. Tinggi rendahnya prestasi belajar dapat menjadi
indikator sedikit banyaknya pengetahuan yang diketahuinya dalam bidang studi
atau kurikulum tertentu”.
Sejalan dengan itu, Mappa (1977:2) memberikan batasan bahwa
prestasi belajar sebagai hasil suatu hasil belajar yang telah dicapai siswa
dalam bidang studi tertentu dengan menggunakan tes standar untuk mengukur
keberhasilan siswa.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah pengetahuan yang telah dicapai oleh
siswa dalam suatu bidang studi atau kurikulum tertentu yang diukur dengan
menggunakan tes.
G. Kerangka berpikir
![](file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CRESERV%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_image007.jpg)
Gambar 4. Kerangka Berpikir
Berdasarkan pada pokok pikiran
seperti telah diuraikan dalam latar belakang dan tinjauan pustaka diperoleh
suatu gambaran bahwa dalam proses belajar mengajar diharapkan suatu perubahan
kegiatan yang mencakup pengetahuan, kecakapan, dan tingkah laku. Dimana
diketahui media audio visual merupakan alat transformasi pendidikan yang sangat
dibutuhkan dalam pengembangan ilmu pengetahuan,
dikarenakan tingkat pemahaman siswa yang cukup beragam.
Salah satu sasaran pemerintah
dalam penyempurnaan sistem pendidikan di negara kita adalah peningkatan mutu
pendidikan. Dalam upaya mencapai sasaran tersebut, maka pelaksanaan proses
belajar mengajar yang selama ini pengajaran berpusat pada guru diubah menjadi
pengajaran yang berpusat pada siswa. Karena hasil belajar yang dicapai siswa
sangat bergantung pada bagaimana seorang guru melaksanakan suatu pembelajaran
di sekolah.
Salah satu pendekatan
pembelajaran yang berorientasi untuk
menumbuhkan potensi, prestasi belajar dan pengembangan
kemampuan/keterampilan-keterampilan dalam diri siswa adalah
pendekatan-pendekatan keterampilan dengan penyediaan alat belajar secara
visual. Penerapan pendekatan dengan audio visual memungkinkan pemahaman
konsep-konsep pembelajaran dalam bidang otomotif khususnya kelistrikan otomotif
yang dipelajari akan lebih dipahami oleh siswa. Karena dalam prosesnya siswa
diberikan kebebasan bekerja dan mencari sendiri dalam mengembangkan kemampuan.
Dengan begitu perilaku-perilaku kreatif akan muncul sebagai hasil dari
pemikiran-pemikiran kreatif siswa. Dimana hasil pemikiran yang awalnya adalah
imajinatif, sehingga dapat dimengerti dengan melihat secara nyata proses kerja
pengaliran arus listrik.
H. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka
dan kerangka berpikir yang dikemukakan di atas, maka dapat ditarik hipotesis
sebagai berikut :
“Terdapat perbandingan yang
signifikan tentang penggunaan media audio visual pada pembelajaran kelistrikan
otomotif Jurusan mekanik otomotif SMK
Negeri 5 Makassar”.
![](file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CRESERV%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_image002.gif)
|
METODE PENELITIAN
A. Variabel dan Desain Penelitian
1. Variabel
Penelitian
ini terdiri dari dua variabel yakni variabel eksperimen dan variabel kontrol. Variabel
eksperiman (X) yakni penggunaan media audio visual sedangkan variabel kontrol
(Y) yakni prestasi belajar.
2. Desain Penelitian
Desain
yang digunakan yaitu quasi-eksperimen
(eksperimen semu) berupa desain statis dengan dua kelas. Kelas eksperimen
diberikan pengajaran dengan penggunaan media audio visual. Adapun desainnya
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1: Format desain pengumpulan data
Kelas
|
Pengajaran
|
Hasil evaluasi
|
Eksperimen
|
X1
|
X2
|
Kontrol
|
Y1
|
Y2
|
Keterangan :
X1
= Pengajaran dengan penggunaan media audio visual
Y2
= Pengajaran tanpa penggunaan media audio visual
X1
= Hasil tes untuk kelas eksperimen
|
|
Sedangkan untuk kelas
kontrol tidak diberikan pelajaran dengan menggunakan media audio visual. Baik
kelas eksperimen maupun kelas kontrol masing-masing diberikan perlakuan yang
sama antara lain :
1.
Kondisi Ruangan (Tata Letak)
2.
Guru Yang Mengajar
3.
Waktu yang dipergunakan
4.
Identifikasi Pelaksanaan
5.
Evaluasi
B. Definisi operasional
Sebagaimana
telah dikemukakan sebelumnya bahwa penelitian ini terdiri dari dua variabel.
Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda, maka peneliti memberi
defenisi sebagai berikut :
a. Media audio visual adalah
suatu alat bantu yang
digunakan oleh guru dalam memfasilitasi siswa untuk berpikir baik dari segi
makroskopik, mikroskopik hingga aspek simbolik menggunakan media teks dan
menampilkan bentuk lain seperti gambar, suara dan film secara bersamaan (audio
visual).
b. Prestasi
belajar siswa kelas 2 SMK Negeri 5 Makassar adalah hasil belajar yang diperoleh
pada pelajaran kelistrikan otomotif.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 2 SMK Negeri 5 Makassar dengan
jumlah 106 siswa.
2. Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik
sampel acak sederhana (simple random sampling), yaitu dengan memilih satu kelas
dari keseluruhan kelas 2 yang ada, yaitu kelas 2 Ot 1 yang berjumlah 30 siswa.
Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik ini dilakukan berdasarkan
pertimbangan bahwa populasi dalam penelitian ini bersifat homogen. Artinya,
pada sekolah ini tidak ada pengelompokan siswa berdasarkan kriteria prestasi
belajar. Maka setiap kelas mempunyai tingkat kemampuan yang sama.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah data nilai prestasi siswa dengan
cara melakukan evaluasi dimana pengambilan data dilakukan dengan satu kali tes.
Yaitu dengan melakukan uji soal yang berbentuk tes objektif pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol sebanyak 20 nomor dalam bentuk pilihan ganda (multiple choice test) dengan pilihan
sebanyak 5 dan bobotnya 1 jika benar dan 0 jika salah.
E. Teknik Analisis Data
Penelitian
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan dua
jenis statistik, yaitu analisis statistik deskriptif dan analisis inferensial.
Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsi data pada tahap pertama
analisis data.
Analisis statistik deskriptif dimaksudkan untuk
mendeskripsikan karakteristik distributor skor masing-masing variabel dengan
rata-rata (mean) dan standar deviasi.
Rata-rata dihitung dengan menggunakan rumus:
![](file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CRESERV%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_image004.gif)
Keterangan:
![](file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CRESERV%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_image005.gif)
X1 =
Nilai
n = Jumlah
pengulangan
Standar
Deviasi (S) dihitung dengan
menggunakan rumus:
![](file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CRESERV%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_image007.gif)
Keterangan:
S = Simpanan baku (Standar Deviasi)
![](file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CRESERV%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_image008.gif)
X1 =
Harga mutlak
n = Jumlah
perulangan
∑ = Sigma
Sedangkan statistik inferensial dipergunakan untuk
menguji hipotesis statistik untuk mengurai dalam pengambilan kesimpulan yaitu
dengan menggunakan uji-t pada taraf signifikasi ά = 0,10 % untuk mengetahui ada
tidaknya perbandingan media audio visual terhadap prestasi belajar pada
pembelajaran kelistrikan otomotif di SMK Negeri 5 Makassar. Hipotesis yang akan
diuji kebenarannya dapat dinyatakan sebagai berikut:
Ho : μ1 < μ2
Ha : μ1 > μ2
Ho : Tidak ada perbandingan penggunaan media audio
visual pada pembelajaran kelistrikan otomotif SMK Negeri 5 Makassar.
Ha : Ada perbandingan penggunaan
media audio visual pada pembelajaran kelistrikan otomotif SMK Negeri 5
Makassar.
Untuk menguji hipotesis di atas
menggunakan uji-t dengan rumus sebagai berikut:
![](file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CRESERV%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_image010.gif)
Keterangan:
t =
Perbedaan (harga T)
x1 =
Rata-rata skor Pre-Test
(kelompok pertama)
x2 =
Rata-rata skor Pre-Test
(kelompok kedua)
s = Standar Deviasi
n1 =
Jumlah perulangan pada kelompok pertama
n2 =
Jumlah perulangan pada kelompok kedua
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Uraian dalam bab ini terdiri dari dua kelompok yaitu penyajian analisis
data, dan pembahasan hasil penelitian. Pada bagian analisis data, meliputi
hasil deskripsi dan pengujian hipotesis.
1.
Deskripsi Data
Deskripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau memberikan gambaran
terhadap objek yang diteliti melalui data objek penelitian sebagaimana adanya
pada saat penggunaan media audio visual terhadap kelas eksperimen dan kelas
kontrol terhadap mata diklat kelistrikan otomotif pada SMK Negeri 5 Makassar.
Adapun pengujian pada kelas eksperimen diperoleh dari hasil penelitian
yang objeknya adalah siswa kelas dua yang berjumlah 28 orang dari 30 orang siswa
pada kelas 2 TO , untuk perhitungan rata-rata (Mean) dengan total 466 dan rata-ratanya adalah 17,25. Sedangkan untuk
pengujian pada kelas kontrol dengan jumlah siswa 27 orang dari 30 orang
siswa pada kelas 2 AC, diperoleh rata-rata 13,33 dari total 360
jumlah perolehan jawaban yang tepat.
Untuk lebih jelasnya tentang
keadaan rata-rata (Mean) antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat kita
lihat pada tabel 2 berikut ini.
|
![](file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CRESERV%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_image003.jpg)
JUMLAH
|
RATA-RATA
|
STANDAR
DEVIASI
|
|
14
|
17.25
|
-3.25
|
10.5625
|
16
|
17.25
|
-1.25
|
1.5625
|
16
|
17.25
|
-1.25
|
1.5625
|
17
|
17.25
|
-0.25
|
0.0625
|
17
|
17.25
|
-0.25
|
0.0625
|
16
|
17.25
|
-1.25
|
1.5625
|
18
|
17.25
|
0.75
|
0.5625
|
18
|
17.25
|
0.75
|
0.5625
|
17
|
17.25
|
-0.25
|
0.0625
|
17
|
17.25
|
-0.25
|
0.0625
|
16
|
17.25
|
-1.25
|
1.5625
|
15
|
17.25
|
-2.25
|
5.0625
|
16
|
17.25
|
-1.25
|
1.5625
|
16
|
17.25
|
-1.25
|
1.5625
|
17
|
17.25
|
-0.25
|
0.0625
|
16
|
17.25
|
-1.25
|
1.5625
|
18
|
17.25
|
0.75
|
0.5625
|
17
|
17.25
|
-0.25
|
0.0625
|
17
|
17.25
|
-0.25
|
0.0625
|
18
|
17.25
|
0.75
|
0.5625
|
17
|
17.25
|
-0.25
|
0.0625
|
16
|
17.25
|
-1.25
|
1.5625
|
16
|
17.25
|
-1.25
|
1.5625
|
17
|
17.25
|
-0.25
|
0.0625
|
17
|
17.25
|
-0.25
|
0.0625
|
17
|
17.25
|
-0.25
|
0.0625
|
18
|
17.25
|
0.75
|
0.5625
|
16
|
17.25
|
-1.25
|
1.5625
|
466
|
Jumlah
|
34.75
|
|
17.25926
|
Standar
Deviasi (S)
|
1.287037037
|
|
Varians
|
1.656464335
|
Sumber : Hasil
penelitian 2008
Dari pengamatan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pada pencapaian
rata-rata 17,25 pada kelas eksperimen
telah diperoleh Standar Deviasi (S) sebanyak 1,28 dan varians pada kelas
eksperimen sebanyak 1,65.
![]() ![]() |
|||
|
Gambar 5.
Diagram perolehan nilai rata-rata kelas eksperimen.
Tabel 3. Data
hasil penelitian pada kelas control.
![](file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CRESERV%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_image008.jpg)
JUMLAH
|
RATA-RATA
|
STANDAR DEVIASI
|
|
14
|
13.33
|
0.67
|
0.4489
|
17
|
13.33
|
3.67
|
13.4689
|
14
|
13.33
|
0.67
|
0.4489
|
10
|
13.33
|
-3.33
|
11.0889
|
17
|
13.33
|
3.67
|
13.4689
|
14
|
13.33
|
0.67
|
0.4489
|
11
|
13.33
|
-2.33
|
5.4289
|
13
|
13.33
|
-0.33
|
0.1089
|
10
|
13.33
|
-3.33
|
11.0889
|
17
|
13.33
|
3.67
|
13.4689
|
13
|
13.33
|
-0.33
|
0.1089
|
18
|
13.33
|
4.67
|
21.8089
|
9
|
13.33
|
-4.33
|
18.7489
|
15
|
13.33
|
1.67
|
2.7889
|
18
|
13.33
|
4.67
|
21.8089
|
17
|
13.33
|
3.67
|
13.4689
|
10
|
13.33
|
-3.33
|
11.0889
|
17
|
13.33
|
3.67
|
13.4689
|
17
|
13.33
|
3.67
|
13.4689
|
15
|
13.33
|
1.67
|
2.7889
|
11
|
13.33
|
-2.33
|
5.4289
|
12
|
13.33
|
-1.33
|
1.7689
|
11
|
13.33
|
-2.33
|
5.4289
|
13
|
13.33
|
-0.33
|
0.1089
|
13
|
13.33
|
-0.33
|
0.1089
|
5
|
13.33
|
-8.33
|
69.3889
|
9
|
13.33
|
-4.33
|
18.7489
|
360
|
Jumlah
|
290.0003
|
|
13.33333
|
Standar Deviasi (S)
|
11.15385769
|
|
Varians
|
124.4085414
|
Sumber : Hasil
penelitian 2008
Dari pengamatan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pada pencapaian
rata-rata 17,25 pada kelas kontrol telah
diperoleh Standar Deviasi (S) sebanyak 11,15
dan varians pada kelas eksperimen sebanyak 124,40.
![Text Box: Perolehan nilai siswa](file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CRESERV%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_image010.gif)
![](file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CRESERV%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_image011.gif)
Gambar 6.
Diagram perolehan nilai rata-rata kelas kontrol.
2.
Pengujian hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini menyatakan bahwa ada perbedaan terhadap
penggunaan media audio visual terhadap mata diklat kelistrikan otomotif pada
jurusan mekanik otomotif SMK Negeri 5 Makassar. Bahwa pada penelitian yang
telah dilaksanakan, dimana ada dua kelas yang menjadi objek penelitian yakni
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Pada penelitian kelas eksperimen
menunjukkan pengaruh yang cukup tinggi, karena pada penelitian ini digunakan
media audio visual sebagai bahan pengajaran. Hasil yang diperoleh pun cukup
memuaskan, karena evaluasi yang dilakukan setelah diberi pengajaran rata-rata
(17,25) menjawab dengan tepat. Sementara pada penelitian kelas kontrol yang pengajarannya tidak menggunakan media
audio visual terdapat selisih yang tidak begitu jauh yakni dari perolehan
rata-rata (13,33). Untuk mengetahui perbedaan penggunaan media audio visual
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka digunakan analisis statistik
uji-t yang diperlihatkan pada lampiran 3.
Hasil perhitiungan uji-t diperoleh dengan nilai t hitung 1,37
nilai ini kemudian di konsultasikan
dengan nilai t tabel pada
taraf siknifikasi α = 0,10
dengan dk 28+27-2= 53 di dapat t tabel
1,30. Karena t hitung
> t tabel sehingga berdasarkan
kriteria pengujian hipotesis yang dikemukakan, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Jadi kesimpulannya, bahwa ada perbandingan penggunaan audio visual pada
pembelajaran kelistrikan otomotif di SMK Negeri 5 Makassar.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap penggunaan media audio visual pada
pembelajaran kelistrikan otomotif pada jurusan mekanik otomotif SMK Negeri 5
Makassar, dinyatakan bahwa ada pebedaan pada pembelajaran kelistrikan otomotif
yang menggunakan media audio visual dengan pembelajaran yang tidak menggunakan
media audio visual.
Namun dari hasil penelitian diketahui bahwa untuk total perolehan jawaban
yang tepat pada kelas eksperimen sebanyak 466 dengan rata-rata (17,25),
sedangkan untuk total perolehan jawaban yang tepat pada kelas kontrol
sebanyak 360 dengan rata-rata (13,33).
Selisih dari jawaban yang tepat pada
saat pemberian evaluasi setelah diberikan pengajaran, yakni 106 dengan
rata-rata (3,92). Jadi terjadi kenaikan untuk jawaban yang tepat setelah
diberikan mengajaran dengan menggunakan
media audio visual.
Hal ini merupakan suatu informasi yang penting bagi peneliti serta semua
pihak yang terkait dengan pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah, bahwa
penggunaan media itu sangat penting dalam membantu guru dalam hal pengajaran,
akan tetapi akan lebih baik lagi jika alat bantu pengajaran adalah media audio
visual yang memiliki paduan gerak dan suara yang bisa langsung dipahami oleh
siswa di sekolah serta memudahkan guru pada waktu pengajar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang telah diuraikan di atas, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.
Ada pengaruh terhadap penggunaan media audio visual
pada pembelajaran kelistrikan otomotif
jurusan mekanik otomotif SMK Negeri 5 Makassar.
2.
Terdapat perbedaan pada kelas eksperimen yang
menggunakan media audio visual dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan
media audio visual.
3.
Bahwa penggunaan media audio visual lebih baik
dibanding tidak menggunakan media audio visual.
B. SARAN
Beberapa
saran yang dapat dikemukakan adalah:
1.
Untuk dapat mengajar dengan menggunakan media audio
visual, diharapkan seorang guru harus menguasai betul materi yang akan
diajarkan serta mampu membuat media pembelajaran yang memadukan unsur animasi
gerak dan suara.
2.
Seiring dengan perkembangan teknologi yang berbasis IT,
diharapkan media serta bahan ajar haruslah terus diperbaharui, mengingat saat
ini kita sudah sangat jauh tertinggal dengan perkembangan modern.
|
Abdullah,
Ambo Enre. 1989. Pokok-Pokok Layanan
Bimbingan Belajar. Makassar : Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Ujung Pandang.
Arifin, Muliati, dkk. 2000. Strategi Belajar Mengajar Kimia. Malang
: Universitas Negeri Malang.
Arikunto, S. 2002. Dasar dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Freire,
Polo. 2002. Terjemahan oleh Agung Prihantoro. Politik Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Hadi,
Sutrisno. 1970. Metodologi Research 4. Yogyakarta:
Yayasan Penertbitan Fakultas Psikologi Universitas Gadja Mada.
Kamil,
Musthapa Yogi. 2004. Pembuatan Software
Multimedia Interaktif Pembelajaran Kimia. Bandung. Universitas Pendidikan
Indonesia.
Mappa,
Syamsu. 1977. Psikologi Pendidikan.
Makassar: Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Ujung Pandang.
Meier,
Dave. 2002. Terjemahan oleh Rahman Astuti. The
Accelerated Learning. Bandung: Kaifa.
Natsir,
Nuryadin. 2006. Perbandingan Temperatur
Motor Berdasarkan Pemakaian Jenis Busi Pada Sepeda Motor 4 Tak. Skripsi,
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Makassar.
Ridwan,
2003. Pengaruh interaksi edukatif
terhadap peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Sosiologi di
Madrasah Aliyah DDI Alliritengae Maros. Skripsi, Fakultas Ekonomi Dan
Ilmu-ilmu Sosial, Universitas Negeri Makassar.
Sidi,
Indra Jati. 2001. Menuju Masyarakat
Belajar. Jakarta: Paramadina
Sudjana,
1996. Metode Statistika. Bandung:
Tarsito.
Sudjana,
Nana. 2002. Media Pengajaran. Bandung : Sinar Baru Algesindo.
|
|
|
Winarno, Surjani. Jurnal
Media Komunikasi Kimia/Thn. 6/No. 1/Februari 2002/Sekilas Tentang Kimia
Komputasi Dan Beberapa Situs Kimia Menarik di Internet. Malang : Jurusan
Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang.
www.Duniaguru.com
/ Portal guru (Tanggal akses 27 Desember
2007)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar